Selasa, 18 Mei 2010

Misi Indonesia tahun 2050

Surabaya (SIB)
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meminta kepada seluruh rakyat Indonesia untuk menjadi bangsa yang optimis.Jangan menjadi bangsa yang pesimis dan cengeng, kata SBY.
SBY mengatakan hal itu dalam kuliah umumnya di Gedung Rektorat Universitas Airlangga Surabaya di hadapan sekitar 500 undangan serta rektor seluruh Indonesia.
Jangan pernah merasa rendah diri. Siapapun bisa asalkan kita optimis, kata SBY dalam kuliah umumnya dengan tema Transformasi Indonesia dalam Era Globalisasi, Selasa (4/8).
Indonesia, kata SBY, bisa menjadi bangsa yang besar dan bisa bersaing dengan negara lain, asalkan masyarakat Indonesia punya keyakinan. Setiap persoalan, kata presiden, pasti ada penyelesaian.Thinking outside the box jangan konvensional terus. Kalau jalan yang satu tidak bisa, coba jalan yang lain,tandas SBY.
Presiden juga berharap bangsa Indonesia tidak menyia-nyiakan potensi yang ada. Dengan potensi yang ada visi yang tepat maka Indonesia bisa menjadi bangsa yang besar.
Indonesia pada tahun 2050 bisa menjadi negara yang maju dengan paradigma pembangunan nasional terpadu disertai dengan pertumbuhan bersama pemerataan.Memperkokoh pertahanan dan kemandirian bangsa dalam kerjasama internasional yang konstruktif, ujar Presiden.
Visi Indonesia pada 10 tahun mendatang, kata presiden, adalah membangun kualitas hidup yang lebih baik, pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, ketertiban publik disertai dengan demokrasi yang harmonis dan menang dalam globalisasi.Saya yakin kita bisa,tegas SBY.
PRESIDEN TARGETKAN INDONESIA JADI NEGARA MAJU TAHUN 2050
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memperkirakan Indonesia akan menjadi negara maju pada tahun 2050 jika melakukan berbagai perubahan yang signifikan.
Estimasi saya dengan semua faktor yang kita miliki, kita akan sampai pada kondisi itu pada tahun 2050 asalkan kita melakukan perubahan yang signifikan,kata Presiden saat menyampaikan kuliah umum di Kampus Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Selasa.
Dalam Kuliah Umum yang bertema Transformasi Indonesia dalam Era Globalisasi, Presiden mengatakan, untuk mencapai cita-cita tersebut ada beberapa langkah yang harus dilakukan antara lain pertama, membangun bangsa dan negara secara terpadu dengan memberikan kelonggaran pada daerah untuk membangun dirinya.
Kedua, memadukan sumber daya alam dengan sumber daya pengetahuan. Ketiga, menjadikan pertumbuhan ekonomi sebagai pertumbuhan yang berkeadilan.
Saya tidak percaya dengan konsep trickledown effect karena banyak negara berkembang yang gagal karena menerapkannya. Sejak awal kita harus hadirkan ekuiti dalam pertumbuhan yang kita bangun,kata Presiden yang didampingi Ibu Ani Yudhoyono itu.
Strategi lain yang harus dilakukan, lanjut Yudhoyono, adalah memperkokoh pertahanan dan kemandirian bangsa dan meningkatkan kerjasama Internasional yang konstruktif serta mendorong peran dan kontribusi semua elemen bangsa dalam pembangunan.
Presiden juga menguraikan bahwa dalam jangka menengah yakni 10 tahun mendatang, sebelum menuju tahun 2050, ada beberapa target yang harus dicapai dalam pembangunan nasional untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang lebih baik.
Target tersebut adalah pengurangan kemiskinan secara tajam, pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan dan berkelanjutan, peningkatan good governance seraya menegakkan penerapan hukum, peningkatan sistem demokrasi yang harmonis serta memenangkan kompetisi dalam globalisasi.
Dijelaskannya, dalam 10 tahun ke depan pengurangan kemiskinan menjadi prioritas utama dengan meningkatkan penghasilan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya serta menciptakan lapangan kerja yang antara lain dilakukan dengan meningkatkan hubungan baik antara pemerintah, dunia usaha dan pekerja.
Selain itu, peningkatan ketahanan pangan dan ketahanan energi juga menjadi sasaran pemerintah serta mengajak pemerintah daerah dan masyarakat dalam membangun pertahanan dan keamanan yang stabil.
Dalam kesempatan itu, Presiden juga meminta semua masyarakat untuk bersikap optimis dalam mengatasi segala masalah dalam rangka meningkatkan pembangunan nasional.
“Setiap masalah ada jalan keluar atau solusinya. Kalau mau maju harus menjadi bangsa yang optimis, katanya.
Dalam kesempatan itu, Presiden juga mengatakan, upaya membangun bangsa dan negara tidak hanya menghadapi tantangan dari domestik saja tetap juga dari lingkungan global.
Untuk itu, lanjutnya, pemerintah terus berusaha terlibat aktif dalam hubungan baik secara kelembagaan maupun secara bilateral dengan berbagai negara lain.
Hadir dalam acara tersebut, Mendiknas Bambang Sudibyo, Menkominfo Muhammad Nuh, Rektor Unair Prof Fasich.
Usai memberikan Kuliah Umum di Unair, sekitar pukul 2.14 WIB Presiden dan rombongan akan meninggalkan Surabaya menuju Jakarta.
Kedatangan SBY Dihadang Demo
Kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diwarnai dengan aksi demo. Sekitar 30 mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) menolak kedatangan SBY yang rencananya hari ini hadir di Kampus C Unair Surabaya.
Aksi itu dilakukan di perempatan lampu merah kawasan Jalan Diponegoro, tepatnya di depan Museum Mpu Tantular, Selasa (4/9).
“Ini salah satu bentuk penolakan kami karena pemerintahan Indonesia sampai saat ini belum mampu menyelesaikan atau mewujudkan kesejahteraan yang adil dan makmur,� kata Rudi, koordinatir aksi.
Selain itu, mereka menuntut kepada pemerintah untuk segera menyelesaikan dua permasalahan yakni, penyelesaian kasus Lapindo, pemerataan pembangunan di seluruh Indonesia, khususnya Jawa Timur. Mereka juga menuntut direalisasikannya anggaran pendidikan 20 persen dan tolak kapitalisme pendidikan.
Aksi mahasiswa ini tidak mendapat pengawalan ketat dari pihak kepolisian karena mereka melakukan aksi di pinggir jalan dan tidak mengganggu arus lalu lintas. Aksi yang diisi dengan pembacaan orasi hanya berlangsung selama 25 menit.
Sementara itu, di kawasan Kertajaya Indah Timur juga terlihat massa yang berdemo mengatasnamakan Gerakan Mahasiswa (Gema) Pembebasan Surabaya. Mereka menuntut penolakan rencana pemerintah melegalkan RUU Badan Hukum Pendidikan (BHP).
Ratusan orang tersebut membawa beberapa poster berisi, “Islam Solusi Untuk Semua, Pendidikan Murah Adalah Hak Rakyat�. Mereka juga melakukan aksi teatrikal di tengah jalan. Aksi ini dijaga ketat oleh polisi berseragam lengkap.
Pendemo Anti SBY Ditemui Andi Mallarangeng
Aksi para mahasiswa menolak kedatangan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) masih terus berlangsung. Sekitar 9 perwakilan dari pendemo yang mengatasnamakan Gema Pembebasan ditemui Andi Mallarangeng, juru bicara kepresidenan di salah satu rumah yang tidak jauh dari Kampus C Unair.
Rumah itu milik Ir Lanyala Mataliti di Wisma Permai Barat I Blok LL 39. Lanyala dikenal sebagai ketua Partai Patriot Jawa Timur.
Meski belum diketahui materi dan isi pembicaraan, namun pendemo dan massa terus berdatangan. Kini massa gabungan dari Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI), GMNI, Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) dan massa lainnya yang mengatasnamakan Ampera di kawasan Kertajaya Indah Timur.
Dalam aksinya, mereka menuntut kepada pemerintahan SBY untuk segera menasionalisasikan aset-aset negara dan meminta anggaran 20 persen pendidikan bagi rakyat.
“Selain itu pemerintah SBY-JK harus bertanggung jawab dan membebaskan rakyat dari kemiskinan dan memberikan kemakmuran yang adil dan merata,� kata Anita, koordinator aksi Ampera, Selasa (4/9).
Puluhan pendemo lainnya juga turut menyusul dan memadati kawasan Kertajaya Indah Timur. Mereka dari BEM ITS dan Kammi. Mereka menuntut segera diberikan pendidikan murah dan gratis.
Puluhan mahasiswa itu long march dari kampus ITS menuju lokasi dengan tanpa pengawalan ketat dari kepolisian.
Pendemo dari Kammi juga long march menuju lokasi demo, dengan memakai topeng bergambar SBY dengan mulut diplester. Sementara lokasi demo masih dijaga ketat pihak kepolisian. (detikcom/t)

Hmm. Mungkin tulisan ini sudah lama, tapi ga ada salahnya saya sampaikan lagi ke temen2, sebuah tulisan penuh harapan. Ya, semoga saja ini bisa terjadi, dan bisa menjadi pelecut bagi kita. Sebuah catatan tentang masa depan ekonomi Indonesia yang optimis ditulis dalam “The World in 2050-How big will the major emerging market economies get and how can the OECD compete?” oleh John Hawksworth, Head of Macroeconomics, Price Waterhouse Coopers.
Dalam tulisannya, John Hawksworth memaparkan hasil kajiannya yang berisi perbandingan proyeksi pertumbuhan negara-negara maju yang tergabung dalam G7 (US, Japan, Germany, UK, France, Italy dan Canada), ditambah dengan Spain, Australia dan South Korea, dan “the seven largest emerging market economies”, yang disebut sebagai E7 (Brazil, Russia, India, China, Mexico, Indonesia, dan Turkey), yang disingkat populer menjadi BRIC-MIT.
Bagi Indonesia, paparan John Hawksworth memberikan optimisme masa depan. Karena di tahun 2050, Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi terbesar keenam dunia dibawah AS, China, India, Jepang dan Brazil. Lebih besar dari kekuatan ekonomi dunia saat ini seperti Jerman, UK, Kanada, Perancis dan Itali. Pada tahun 2050 GDP per capita Indonesia diproyeksikan mencapai US$23.000, bandingkan dengan GDP per capita di tahun 2005 yang sebesar US$1.250.
Kajian yang dilakukan oleh John Hawksworth mengedepankan keunggulan kompetitif pasar, yaitu jumlah sumber daya manusia produktif yang melimpah di negara-negara BRIC-MIT selain variabel pertimbangan lainnya.
Sekalipun berbagai ketidakpastian akan berpengaruh terhadap bisa tidaknya proyeksi yang dilakukan John Hawksworth tersebut terjadi, optimisme akan makmurnya bangsa ini juga didukung oleh kajian-kajian lain misalnya yang dilakukan oleh Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) dengan Visi Indonesia 2030, dan oleh Yayasan Indonesia Forum.
Dalam Visi 2030 dan Roadmap 2010 Industri Nasional yang dibuat oleh KADIN, dijabarkan, bahwa visi itu akan diwujudkan melalui tiga pilar utama yaitu
- pertama memperkuat kemampuan rancang bangun industri nasional dan jaringan penjualan
- kedua memperkuat industri berbasis sumber daya alam guna mencapai swasembada pangan.
- ketiga meningkatkan kreatifitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia untuk mengembangkan industri berbasis tradisi dan budaya bangsa yang berkualitas tinggi sehingga dicintai untuk digunakan sehari-hari di samping sebagai kekuatan menghadapi produk impor diera globalisasi.
Sementara itu Yayasan Indonesia Forum memproyeksikan pada tahun 2030 nanti, dengan jumlah penduduk sebesar 285 juta jiwa, PDB Indonesia bisa mencapai 5,1 triliun $US. Dengan pendapatan perkapita US$ 18.000 per tahun maka Indonesia akan berada pada posisi kelima ekonomi terbesar setelah China, India, Amerika Serikat dan Uni Eropa. Untuk mencapai cita-cita dan impian ini, beberapa asumsi harus dapat tercapai, yaitu: pertumbuhan ekonomi riil rata-rata 7,62 %, laju inflasi 4,95 %, dan pertumbuhan penduduk rata-rata hanya 1,12 % per-tahun.
Ya, sebuah kajian ilmiah yang patut kita perjuangkan bersama. Karena toh, memang sebuah optimisme akan kebangkitan Negeri ini harus kita miliki bersama. Karena masa depan di tangan kita kawan-kawan…
Selamat berkarya, negeri ini menanti karya-karya kita!!