KTT Perubahan Iklim PBB baru saja usai digelar PBB di Kopenhagen Denmark, dengan hasil yang belum bisa memuaskan berbagai pihak.
Meskipun KTT berlangsung di tengah tekanan para aktivis lingkungan di seluruh peloksok dunia, agar semua Negara industri maju mau bertanggung jawab atas terjadinya Perubahan Iklim dan Pemanasan Global sekarang ini, nampaknya mereka tak peduli.
Demikian juga keluhan dan isakan tangis dari Negara pulau kecil di dunia yang tergabung dalam OASIS, yang terancam terusir dari tanah kelahirannya dan menjadi imigran selamanya, dikarenakan Negara pulaunya akan segera tenggelam akibat meningginya muka air laut, seakan tak dihiraukan juga.
Sungguh sebuah ironi, karena pertemuan PBB sudah berulang kali digelar sampai dengan COP 15 Kopenhagen ini. Namun para petinggi Negara di Bumi masih saja tarik ulur soal penyelamatan lingkungan di Bumi, kalau bisa kesepakatannya hanya berupa target minimal dan tidak mengikat. Dan disisi lainnya di Bumi masih banyak terdapat keserakahan manusia untuk merusak alamnya sendiri tanpa memikirkan bagaimana masa depan Bumi ini nantinya.
Di jagat hiburan film yang sedang digelar saat ini, ada sebuah film menarik yang mengajarkan kita menghargai alam lingkungan sekitar yang berjudul Avatar.
Film AVATAR
Sebetulnya ini hanya merupakan film fantasi yang menggabungkan segala imajinasi, visi dibalut teknologi canggih oleh sang sutradara James Cameron.
Film ini ditampilkan dengan menggabungkan gambar asli dengan animasi computer dengan menampilkan tokoh utama Jake Sully (diperankan oleh Sam Worthington), mantan prajurit marinir AS yang kakinya lumpuh akibat perang menggantikan saudara kembarnya untuk dikirim ke planet Pandora yang kondisinya mirip Bumi pada sistem bintang Alpha Centauri-A.
Saat itu tahun 2154, para ilmuwan Bumi telah berhasil melakukan cloning terhadap penduduk asli planet Pandora yang disebut Na’vi. Dengan cara memadukan DNA manusia dan Na’vi, makhluk hasil cloning tersebut bisa dikendalikan melalui alat yang disebut awatara (avatar) yang berfungsi mentransfer gelombang otak secara elektronik dari sang pilotnya. Jake menjadi pilot dalam tim yang dipimpin ilmuwan Dr Grace Augustine (diperankan oleh Sigourney Weaver).
Menyatu dengan alam dan lingkungan.
Bangsa Na’vi digambarkan sebagai bangsa yang masih primitif tetapi memiliki kearifan spiritual dan keharmonisan hubungan dengan alam di sekitarnya. Penampilan Na’vi berwujud seperti manusia setinggi tiga meter berkulit kebiruan dan memiliki ekor panjang seperti monyet. Mereka tidak membutuhkan api karena daun-daun di hutan Pandora mengeluarkan cahaya seperti fosfor warna-warni pada malam hari.
Mereka juga digambarkan mempunyai semacam alat bantuan seperti tentakel yang bisa dihubungkan dengan semua binatang maupun tumbuhan di hutan Pandora, sehingga dapat saling menyatu dan berkomunikasi melalui pikiran yang terhubung melalui tentakel tersebut.
Dengan kondisi ini tidak satu pun penduduk Na’vi yang merusak alam sekitarnya yang demikian indah dan harmoni.
Disana ada gunung-gunung yang bisa terbang melayang, hutan dengan pohon raksasa, badak berkepala martil, kuda berkaki enam, anjing serigala serta burung raksasa yang bisa dijadikan tumpangan untuk terbang.
Ada kelucuan dan ada percintaan.
Kelucuan terjadi saat Jake pertama kali menyatu dalam tubuh Na’vi-nya, dia tidak merasa cacat lagi dan bisa berjalan normal dan berlari kesana-sini. Di hutan Pandora Jake menemukan banyak tanaman aneh, diantaranya pohon berbentuk bunga kipas besar yang terlihat indah ternyata jika disentuh langsung menguncup (kalau di Bumi seperti tanaman putri malu). Seperti anak kecil yang kesenangan sambil berlari dia sentuh semua tanaman jenis ini. Kelucuan juga terjadi saat Jake tidak bisa mengendalikan ekor panjangnya bahkan menginjak ekor Na’vi lainnya.
Perlahan-lahan Jake yang sempat dicurigai dan ditangkap oleh bangsa Na’vi bisa beradaptasi dan belajar memahami dan menghayati cara hidup dan budaya Na’vi. Proses pembelajaran ini ia dapatkan langsung dari putri salah satu ketua suku Na’vi yang bernama Neytiri (Zoe Sadana) dan bahkan akhirnya ia jatuh cinta kepada Sang Putri Neytiri ini.
Ada manusia perusak alam dan peperangan.
Tidak hanya di Bumi manusia banyak yang suka merusak alam, di planet Pandora manusia yang dikirim kesana bertujuan untuk menambang unobtainium sejenis mineral yang bernilai tinggi. Disana mereka didukung tentara bayaran bersenjata canggih sebagai tenaga pengaman, sekaligus menekan penduduk asli Pandora dengan berbagai cara, sampai akhirnya timbul peperangan yang digambarkan sangat kolosal. Pihak manusia pendatang dengan tentara berperalatan helicopter khusus, robot yang dapat dikendalikan dengan berbagai senjata otomatis canggih melawan bangsa Na’vi bersenjatakan anak panah dengan semangat heroik dipimpin Jake yang berbalik membela bangsa Na’vi setelah melihat kerusakan alam Pandora. Di sesi terakhir peperangan seluruh binatang di hutan Pandora bersatu padu dengan semangat heroik, melawan ketamakan manusia yang ingin menguasai Planet Pandora.
Demikian sekilas cerita film Avatar yang konon menelan biaya pembuatan sampai 230 juta dollar AS (sekitar Rp. 2,1 triliun), menggambarkan imajinasi dan unsur teknologi industri hiburan terbaik. Penyajian film ditayangkan dalam dua versi, biasa dan special 3D yang mempunyai efek sensasi detail luar biasa.